Seorang Istri dan Mertuanya
Ada seorang gadis di Sabtu Pagi, yang
bertemu dan semeja dengan seorang laki-laki. Mereka tidak saling mengenal
tetapi tergabung dalam sebuah komunitas jualan. Sendok dan garpu berdenting,
masing-masing memakan dengan lahap menu yang ada di piring mereka. Kesunyian
dan keheningan berlangsung beberapa saat, karena beberapa rombongan sudah
meninggalkan meja. Satu dari mereka memulai sebuah percakapan.
"Kamu jualan apa?" Si gadis
memulai dengan pertanyaan dan si lelaki tersenyum. Ia mulai menjawab satu
persatu pertanyaan dari si gadis.
Sesungguhnya, gadis tersebut mulai menaruh hati dengan lelaki yang ada dihadapannya. Bukan karena faktor tampan, tetapi karena lelaki tersebut begitu sederhana dilihat dari tata bicara dan penampilannya.
Sehari setelah pertemuan tersebut
meninggalkan kesan yang mendalam bagi gadis. Ia lantas mencari tahu tentang
lelaki yang pernah ditemui tersebut, yang satu meja dengannya. tetapi bukan
melalui media sosialnya, karena gadis itu tidak bertanya lebih lanjut mengenai
media sosial yang dipunyai lelaki. Ia bertanya kepada salah seorang yang
dikenalnya, untuk tahu lebih lanjut tentang lelaki itu. Maka, teman yang juga
ustadz tersebut meminta si gadis untuk menuliskan proposal hidupnya, data
dirinya selama ini untuk ditukar dengan informasi lelaki.
Kali pertama berkenalan, dari apa yang
dilihat si gadis berlanjut ke pertemuan kedua dengan didampingi kenalannya
tersebut. Lelaki sederhana yang ditemui di meja makan, pada suatu acara datang
untuk mengajak bertaaruf dan bertemu keluarga. Hanya dalam waktu dua minggu,
semua berjalan dengan begitu cepatnya.
Gadis yang sering membayangkan
kehidupannya setelah pernikahan, bersama lelaki sederhana yang pernah
ditemuinya tinggal serumah berdua tidak peduli masih kontrak atau rumah sendiri
nyatanya pupus sudah.
Ia harus hidup dan membaur bersama kedua
mertuanya yang sudah renta. Ia harus menjaga kedua mertuanya, seperti menjaga
ibunya. Ia harus berpisah ratusan mil jauhnya, dengan saudara-saudaranya. Ia
harus melepaskan kehidupan dan pekerjaanya, untuk mengikuti ke mana pun
suaminya pergi.
Gadis yang sudah sah menjadi istri itu,
mulai belajar untuk menerima. Dengan penerimaan yang berusaha untuk selalu ia
ikhlaskan, meski sesekali ia rindu dan menangis jika ada selisih paham di
antara ia dengan lelaki yang dicintainya. Meski ada yang tidak disukai dari
kebiasaan, kedua mertuanya. Dan bagaimana ia harus berjauhan dengan keluarganya
yang berkumpul di saat hari lebaran, untuk melayani keluarga dari suaminya
terlebih dahulu.
Apalagi, kini kedua mertuanya tidak bisa
berjalan seperti sedia kala, harus berbaring di kasur, atau duduk di depan
rumah dengan dipapah. Bertambah pula kepayahan dalam keseharian yang harusnya,
mereka nikmati seperti yang dirasakan oleh pengantin dengan usia belia.
Ayah mertuanya mengidap asam urat dan
lambung kronis, terjatuh tiga kali menjelang puasa Ramadan tiba. Gadis yang
sudah menjadi seorang istri tersebut, harus wara-wiri ke rumah sakit bersama
sang suami. Sementara ibu mertuanya juga terkena penyakit komplikasi, diabetes
basah, asma, dan darah tinggi.
Hari-hari Ramadan yang harusnya ia
nikmati dengan suka cita, ditimpa ujian mertua yang sakit. Setiap malam harus
begadang. Setiap pagi harus memasak, menyuapi, dan memandikan.
Menjelang satu hari sebelum lebaran,
bapak mertuanya meminta dibelikan baju koko warna putih, dengan sandal model
japit. Sementara ibu mertua, dibelikan baju daster berlengan panjang dan
berpita.
Seorang istri yang sedang belajar
mencintai mertuanya dengan sepenuh hati,
dan mengabdi kepada suami yang dicintainya selalu berusaha mengingat surga
meski sesekali ia ingin murka, dan berteriak dengan lantangnya.
Gema takbir yang bergemuruh di mana-mana,
letusan mercon dan kembang api di udara membuat malam lebaran menjadi begitu
syahdu sekaligus pilu. Ia dan suaminya sudah sibuk memasak rendang, opor telur,
dan masakan lainnya. Ia tidak perlu memasak lotong dengan ketupat, karena adik
mertuanya sudah mengantarkannya di malam sebelum takbir menggema.
Pagi harinya saat orang-orang bersiap
menunaikan sholat Idul Fitri, bersama dengan seluruh keluarganya. Seorang gadis
yang sudah menjadi istri tersebut, sibuk wara-wiri dari dapur ke depan mengurus
mertuanya. Membantu ibu mertua lebih dahulu untuk mandi, memakaikan pakaian
yang bersih, dan wangi. Lantas berganti dengan membantu bapak mertua mandi,
mendampingi suaminya. Ia juga memastikan keadaan rumah bersih, toples-toples
camilan berjejer dengan manis. Piring dan gelas disiapkan untuk makan bersama. Sembilan
belas anak, cucu, dan cicit dari keluarga suaminya tumpah ruah memenuhi seisi
rumah.
Gadis yang sudah menjadi istri tersebut,
belajar untuk menjadi istri sholeha. Ia yang pernah berdoa kepada Tuhannya,
untuk diberikan teman hidup yang bisa menerima ia apa adanya, bersabar dan mau
berjuang dengan dirinya untuk beribadah kepada-Nya. Pun yang memuliakannya
sebagai istri atau wanita yang insyaAllah kelak akan melahirkan anak-anaknya.
Maka, disituasi sepahit apa pun, ia belajar untuk bersyukur sudah dipertemukan
dengan teman sejati.
Ada seseorang yang pernah menuliskan
kriteria jodohnya dengan sangat detail, ada juga seseorang yang tidak butuh
menulis kriteria jodohnya, dan ada juga seseorang yang sedang duduk menghadap
sebuah layar gadgetnya detik ini.
Seseorang yang sedang membaca tulisan
ini. Terima kasih sudah membaca kisah, 'Seorang Istri dan Mertuanya', karena
demikianlah kisah ini terangkai dengan sederhana dariku yang sedang belajar
untuk menjadi istri yang baik, dan menantu yang berbakti kepada mertuanya, untuk mendapatkan akhir yang
bahagia.
"Tulisan ini dibuat dalam rangka
mengikuti tema ‘Mudik dalam Tulisan’ yang diselenggarakan Warung Blogger”
semoga saya pun bisa seperti gadis tersebut mengurus mertuanya sama seperti mengurus kedua orang tuanya sendiri
BalasHapusmemang bakti sama mertua itu jadi keharusan yaa mba.. karena mereka pun orang tua kita. sebisa mungkin mengupayakan berbuat yang baik dan menyenangkan hatinya
BalasHapusMasya Allah.. semoga selalu istiqamah dalam kesabaran dan kekuatan, Mbak. Dan semoga Allah memudahkan untuk mengurus mertua, melapangkan dada Mbak dan suami, dan semoga kondisi segera membaik. Entah apapun dan bagaimanapun itu.
BalasHapusAllah Maha Baik, dan Dia sebaik-baik perencana. Semangat terus ya, Mbak. Hugs ❤️
Semaaangaaattt selalu, Nyi!
BalasHapusMemang dinamika kehidupan seperti itu ya.
Kita mau tak mau kudu ikhlas, sabar dan bersyukur.
Pertemuan dengan Pak Suami berkenang sekali, sama-sama sedang usaha yang dipertemukan dalam komunitas yang sama. Unik dan tak disangka-sangka memang ya, pertemuan jodoh itu.
BalasHapusMashaAllah Mbak Nyi, semoga senantiasa diberikan kekuatan, kemudahan, dan kesabaran dalam merawat mertua ya. Semoga baktinya nanti diganjar dengan hal-hal luar biasa dari Allah. Sehat-sehat dan selalu jaga kesehatan ya, Mbak. Semoga apa yang dicita-citakan menjadi peran-peran tersebut terlaksana juga. Selamat Idulfitri juga untuk Mbak Nyi dan keluarga.
Alhamdulillah punya tiket surga, ya Mbak. Mertua yang bahagia juga merupakan berkah dan sumber rezeki yang tiada akan putus.
BalasHapusSelamat berlebaran, Mbak
setuju banget sama kata2 Nyi yang "bersyukur sudah dipertemukan dengan teman sejati" , dalam kondisi apapun tetap harus bersyukur yaah.. Semoga bisa segera bersatu dengan teman sejatiku ^^
BalasHapusMbak, makasih udah menulis kisah pengalaman ini. Aku jadi dapat perspektif baru tentang hubungan mertua-menantu.
BalasHapusSemoga Allah selalu kuatkan mbak ya dalam ikhtiar menjadi menantu yang berbakti bagi mertuanya. Sehat2 terus mbak. Insyaallah allah balas kebaikan mbak.
semoga kita sama-sama diberi kelapangan dan kebahagiaan untuk menemani mertua ya mbaaak, menganggapnya seperti orang tua sendiri
BalasHapusMbak.. Aku salut lho. Dibalik keuletanmu, ternyata begitu sayang sama mertua. Telaten ngurus dan kebayang banget sesibuk apa. Ngurus orang sakit, sudah sepuh, itu kayak punya bayi😢 Cuma istri yang kuat yang mendapatkan kesempatan tersebut. Jadi jalan surgamu insyaallah Mbak. Aamiin. Maaf lahir batin ya Mbak..
BalasHapusAku selalu amaze sama perempuanmenikah yang sangat dekat dengan ibu mertuanya bahkan bisa saling berbagi. Karena aku ngga seperti itu, Tapi semua sudah ada jalannya masing-masing ya mbak.
BalasHapusSemoga berkah selalu mbak
Masyaallah, surganya Allah sungguh cocok untuk gadis tersebut yang menerima suaminya apa adanya dan sangat berbakti pada kedua mertuanya. Ramadhannya pastilah sangat bermakna
BalasHapusAku termasuk orang yang menuliskan kriteria jodoh dengan mendetil, bahkan sampai berdoa supaya bs punya hub yang harmonis sama mertua, soalnya kebanyakan kan mertua vs menantu perempuan gimana gitu yah hehehe... Buatku juga bakti ke orangtua dan mertua sama besarnya. Yg penting ikhlas niscaya pahala terkumpul heheh
BalasHapusmba saya bacanya merembes banget ya Allah, terharu pengen nangis campur aduk. saya bayangkannya kayak ada yang mau meledak di dada ini. sepertinya saya termasuk orang yang tidak menulis detail kriteria jodohnya, yang saya minta selalu bahagia dan diberikan kondisi yang baik semuanya dan semoga sesuai dengan mimpi selama ini, aamiin
BalasHapusMenarik banget kak kisahnya. Aku lama banget nggak nulis cerita macam gini. Belakangan nulis review mulu.
BalasHapusMasyaAllah Nyi, terharu banget bacanya. Mertua sesungguhnya adalah orangtua kita juga. Jadi kita harus memperlakukan mereka layaknya ke orangtua sendiri. Semangat yaaa mbak. InsyaAllah balasan yang indah dari Allah...
BalasHapusMasya Allah Nyi, semoga apa yang kamu lakukan menjadi ladang pahala sebagai menantu yang baik dan sholehah. Semoga segala urusanmu juga diperlancar ya Nyi, apa yang digariskan oleh Allah adalah rencana terindahNya.
BalasHapusMashaAllah~
BalasHapusIni seperti kisah dalam novel, Nyi.
Aku selalu salut kalau penulis sedang bercerita.
Barakallahu fiikum.
In syaa Allah keberkahan demi keberkahan buat Nyi dan keluarga.
Aku kalau menikah maunya juga punya mertua yang baik, yang sayang sama menantunya. Soalnya banyak banget fenomena di Indonesia yang nggak akur sama mertuanya hihi. Semoga doaku dikabulin. Aamiin.
BalasHapusSubhanallah, sesungguhnya mertua menjadi orang tua kedua, selain orang tua sendiri yang wajib dihormati. Semoga mertuanya mbak selalu sehat selalu ya.
BalasHapusSelamat hari raya..
Saya sangat bahagia punya mertua baik
BalasHapusBahkan lebih sabar dari mama kandung
Ini jadi hadiah atas doaku agar mendapatkan yang demikian
Karena apa jadinya kalau mertua juga kayak mama
Bisa ga tenang saya jadi blogger
Berusaha mengingat surga. Itulah alasan terkuat untuk bisa mendebat perasaan bahkan logika. alasan ini bisa mengalahkan apapun. Maka, beruntunglah mereka yang masih ingat surga. Beruntung lagi Kalau yang melakukan sesuatu demi tuhannya
BalasHapusMengingat surga adalah alasan yang paling jitu untuk memaksakan diri melakukan sesuatu. Apalagi kalau hubungannya sudah antara mertua-menantu. Tapi alangkah bahagianya orang yang memaksakan melakukan sesuatu krnengingat tuhannya, bukan surganya
BalasHapusMasya Allah, mbak sungguh seorang istri dan menantu yang luar biasa, Mbak. Insya Allah bisa menabung banyak pahala. Semoga segala urusannya dipermudah dan bisa segera tercapai impian-impian yang belum terwujud
BalasHapusSemua akan melalui fase ini kok Nyi, hanya saja waktunya yang berbeda. Nyi dipilih untuk mengalaminya di masa-masa awal pernikahan dimana kebanyakan berangan tentang kehidupan pengantin baru yang romantis dan penuh cinta. Semoga Nyi dan suami selalu diberikan kesehatan, kesabaran dan ketelatenan merawat beliau berdua ya, aamiin YRA. Yakinlah bahwa nanti akan ada hikmah dan balasan berlipat dari Allah atas bhakti dan kasih sayang kalian aamiin.
BalasHapusMasyaallah... Sejatinya, kita sebagai istri pun pengen ya orangtua kita diperlakukan dengan baik oleh suami, maka kita pun harus bisa bersikap baik terhadap mertua. Semangaaat mbak, semoga baktinya kepada mertua jadi ladang pahala ya
BalasHapus