Matinya Industri Buku-buku Siapa yang Akan Dirugikan?
Matinya Industri Buku-buku Siapa yang Akan Dirugikan - Setiap hal yang berubah, semestinya menghasilkan hal-hal yang baru. Namun seringkali perubahan menjadi sesuatu yang ditakuti dan dicemaskan. Karena perubahan membuat segala sesuatu, menjadi jauh berbeda dari yang sebelumnya. Bisa mendatangkan hal positif dan juga sebaliknya.
Dahulu, sebelum mengenal dunia buku yang saya ketahui semua buku adalah ori. Tetapi lambat laun, saya menyadari ternyata ada juga buku yang bajakan. Jika disebut dengan bahasa lebih halus adalah repro (reproduksi/tiruan). Bahkan di jaman yang serba digital ini, buku repro kian marak diperjualbelikan online. Tidak hanya itu, banyak yang menyebarkan link ebook buku-buku untuk di unduh secara gratis!
Tidak semua pembeli buku repro adalah orang yang salah
Jujur saya juga pernah membeli buku repro alias buku bajakan, tetapi itu karena saya tidak tahu. Pernah suatu ketika pada kunjungan saya di sebuah kota, saya menemukan kedai buku yang kata orang-orang harganya 'murah'. Penasaran dong, saya beli beberapa dan tidak tahu kalau isinya adalah buku hasil repro karena terkendala sampul yang tertutup.
Alasan saya membeli buku tersebut, karena mendapat rekomendasi dari ajaibnya marketing WOM (World of Mouth). Yang dibilang 'murah' tadi. Kedua mengapa saya tetap membeli, karena saya masih berpikiran bahwa buku yang dijual tersebut dengan harga miring adalah hasil dari reject. Bisa jadi karena cetakannya yang blur dan lalin sebagainya. Tetapi saya setuju jika orang yang sudah tahu bahwa buku tersebut adalah repro dan tetap dibeli adalah repro dan tetap dibeli adalah seseorang yang mendukung kejahatan peradaban.
Mengapa saya bilang demikian, karena saya pun seorang penulis buku. Buku saya pernah ditulis orang dengan diaku bahwa itu hasil karyanya di platform watpad. Kabar tersebut juga saya dengar dari seorang sahabat, yang justru sudah berkecimpung menghasilkan ratusan buku. Kaget dong tentu saja, kok tega? Kemudian kami sebagai para penulis buku bergerak untuk saling bahu membahu mereport akun-akun yang sudah memplagiasi karya yang tidak meminta izin penulisnya. Amat disayangkan dan ini terjadi di negara kita, Indonesia.
Nah, kalau pendapat saya pribadi dengan maraknya buku yang repro merajalela ini memang harus ada kerjasama semua pihak untuk melaporkan. Mungkin dengan langkah kecil untuk tidak membelinya. Untuk pemerintah sendiri, harus menggencarkan sosialisasi menghentikan terjadinya pembajakan buku di sana-sini serta memberikan edukasi kepada masyarakat. Mana buku yang ori dan mana yang bajakan, baik dari segi menilik kertas, sampul dan lain sebagainya.
Segi positifnya pada Agustus 2019 lalu berbagai penerbit buku di Yogyakarta, yang telah tergabung ke dalam KPJ (Konsorsium Penerbit Jogja) resmi melaporkan perkara pembajakan buku ini. Perihal pembajakan buku sudah diatur Undang-undang Nomor 28 Tahun 2014 Pasal 9 ayat (3) mengenai Hak Cipta. Yang berbunyi demikian, "Setiap orang yang tanpa izin pencipta atau pemegang hak cipta dilarang melakukan penggandaan dan/atau penggunaan secara komersial ciptaan".
Siapa yang akan dirugikan?
Jika pembajakan sudah marak di Tanah Air dan produksi buku-buku tersebut mati karena banyak kerugian. Siapa yang paling akan dirugikan sebenarnya? Generasi penerus bangsa sendirilah yang menutup akses pengetahuan dan ilmu melalui buku.
Jadi mulai sekarang apa yang harus dilakukan untuk memberikan sumbangsih terhadap pembodohan besar-besaran ini? Adalah dengan bekerjasama, berkolaborasi dan saling bersinergi untuk memberantasnya. Di mulai dari rumah sendiri, lingkungan dan seterusnya.
Terima kasih untuk penerbit Mizan, yang sudah gencar menyebarkan virus Melawan Pembajakan. Jadilah pembeli yang cerdas, dan haus akan menikmati terbitan yang berkualitas. Jangan sampai aksi penerbitan buku repro ini semarak, bisa-bisa kita tidak bisa menikmati karya-karya manis yang membuat kita bersemangat menikmati hari. Bayangkan saja, kita pasti akan rindu membaca puisi-pusi dari Aan Mansyur sembari minum kopi dan penulis best seller lainnya. Banjiri literasi negeri dengan karya ori. Salam!
Informasi Penerbit Mizan
Instagram
: @mizandotcom
Twitter
: @mizanstore
Website
: www.mizan.com
Facebook : Mizandotcom
Sumber pendukung
artikel:
https://news.detik.com/kolom/d-4692033/melawan-mega-industri-pembajakan-buku
https://www.liputan6.com/regional/read/4047429/penerbit-di-yogyakarta-sebut-pembajakan-buku-merusak-peradaban
https://blog.mizanstore.com/pembajakan-buku-kejahatan-peradaban-yang-terus-didiamkan/
Setuju banget, aku juga mendukung campanye untuk membeli buku original. Di rumah saya juga ada beberapa koleksi buku , walaupun itu adalah buku komik, namun Alhamdulillah ori 😁
BalasHapusBuku di www.edentspublika.com dijamin Ori, kak.... Hihihi😬
BalasHapusBener banget sih kak, ujame salah satu pembaca aktif wattpad dan banyak banget author yang re write tulisan dari novel sampe komik. Jadinya orang pada lari kesana dan gak beli buku ori nya.
BalasHapusIya Nyi. Sedih kan kalau kita sebagai penulis mati-matian berjuang menerbitkan buku, eh pihak lain seenaknya bikin bajakan dan mengambil keuntungan.
BalasHapusBuku sistem online juga emang bikin buku jadi kurang laku ya
Ya bisa jadi yang membeli buku bajakan karena tidak tahu. Yang sepertinya ini masih bisa dikasih kesadaran. Tetapi, buat yang sadar penuh beli bajakan apalagi sampai membela memang ngeselin yang begini
BalasHapusSemoga pembuat buku bajakan ditindak tegas sesuai aturan. Dan kita juga gak usah beli buku bajakan biar industri illegal ini mati sendiri
BalasHapusDulu waktu kuliah saya sering beli buku repro krn lebih murah harga,sadar bahwa tindakan ini merugikan, saya lebih memilih beli langsung di toko buku besar kecuali memang gak ada baru beli secara online
BalasHapusJadi itu alasan murahnya ya Nyi..karena bajakan ya. Dulu kukira juga karena ada kesalahan cetak sehingga cacat dan dijual murah.. duh nyesel juga pernah beli bajakan..
BalasHapusAyo kita lawan terus pembajakan buku. Masyarakat kita harus dibuka wawasannya, kalo beli buku bajakan itu merugikan banyak pihak. Jadi jangan ngejar harga murah doang, tapi mematikan industri buku negeri ini.
BalasHapusApalagi sekarang ada yg namanya scanner pen yang bisa scan tulisan di buku & langsung berubah ke bentuk words di laptop. Dengan sedikit twist sana sini, dia bisa langsung punya buku tanpa terlihat jiplak plek & nggak ketauan bajakan. Sedih euy
BalasHapusBanyak novel2 yg beredar PDF itu juga bajakan kan yah mba? Udah banyak yg bilang sih klo dpt itu jangan disebarin. Berhenti di kita berarti kita ikut membantu pemberhentian pembajakan. Baru sebatas itu .
BalasHapusBuku bajakan memang jelas ya yang dirugikan itu penerbit dan juga penulisnya. Semoga masalah ini bisa teratasi.
BalasHapusYang tidak tahu bisa dima'afkan ya, tapi yg sudah tahu jangan melakukannya lagi. Beda harga sedikit, tapi banyak yg terbantu dengan membeli buku original. "rasa" saat membacanya juga beda pastinya.
BalasHapusaku baru tahu mbak kalau banyak buku bajakan yang dijual. selama ini karena belinya langsung di toko buku/penulis/penerbit, jadi nggak denger hal2 gitu.
BalasHapusSemoga nggak ada lagi deh yang beli buku bajakan, kasian sama penulisnya kalau gitu :(
aku termasuk yang sedih dan dirugikan kalo industri buku mati hiks, karena buku merupakan sumber ilmu yang ngga akan pernah mati, maka itu kita sebagai penggemar buku harus menjauhkan dari godaan buku buku bajakan ya mbak.. karena itu sangat merugikan penulis maupun kita sebagai pembaca
BalasHapusAku selalu beli buku di toko buku besar Insya Allah ori, gak pernah beli bajakan kok. Di mulai dari kita ya supaya mata rantai pembajakan terputus
BalasHapusWah iya nih hrs diputus mulai dari.diri kita sendiri berart4 ya Mba.
BalasHapusDulu waktu kuliah sering beli bajakan, setelah mulai menulis dan susahnya buat buku maka aku enggak pernah lagi beli bajakan mbak Nyi hehe.
BalasHapusSetuju....yuk kita sama-sama menjadi pembeli buku yang cerdas, dengan cara membeli buku yang ORI. Ini salah satu cara memberantas pembajakan buku. Kalau buku-buku ORI makin langka, tentu kitalah sebagai pembaca yang dirugikan, karena sumber asli yang harusnya kita jadikan pedoman sudah musnah. Dan memang lebih baik kita miliki buku ORI dan bukan buku bajakan.
BalasHapusSetuju Nyi, saya juga mendukung untuk membeli buku ori, bukan yang bajakan. Miris banget kalau biku kita sampai dibajak, padahal untuk menulisnya membutuhkan energi yang tidak sedikit
BalasHapusSaya dukung gerakan jangan beli buku bajakan. Huhu soalnya punya byk temen penulis. Kasian.
BalasHapusMikir mereka bikin buku susah payah, eh penjualan nggak seberapa. ..wah suka nyesel dlu jaman smp srg fotocopy buku. :( alhamdulillah pas sma udah nggak sama sekali
Sama nih Mbak saya juga pernah beli buku bajakan karena ketidaktahuan. Itu waktu jaman saya masih sekolah sih Mbak. Sekarang udah nggak pernah lagi, kalau mau beli buku pastinya yang ori dan itu juga belinya biasa langsung di Gramedia.
BalasHapusAku setuju sekali dengan tulisan mbaaa. Aku pribadi juga sebisa mungkin menjaga untuk nggak beli buku bajakan . Kasian soalnya penerbit dan penulisnya
BalasHapusYup dengan langkah kecil tidak membelinya itu jadi boomerang bagi mereka dan mereka jadi gak akan cetak lagi. Baru tau istilah bajakan itu repro. Thx mba
BalasHapusAku ngga mau beli buku bajakan mbaa.. sedih karena itu kan hasil karyaa
BalasHapus